Tuesday, December 15, 2015

Kampung Batik Laweyan jadi Centra Batik Solo


Bersama teman-teman netizen gathering, usai menikmati indahnya Keraton Surakarta kurang lebih 2 jam kami akhrinya berkumpul kembali. Masing-masing memasuki kendaraan yang tadi dinaiki sewaktu berangkat, setelah dipastikan semua ada dan lengkap kami menuju ke tempat selanjutnya. Tempat yang selanjutnya kami datangi yaitu di Kampung Batik Laweyan, kampung dengan centra batik khas solo.

Batik khas solo sebenarnya memiliki motif yang lain dari batik jogja meski sepintas sama, kadang masyarakat secara umum dan wisatawan sering sulit membedakan karena corak dan warna yang hampir mirip. Karena kemiripannya banyak orang kadang salah kaprah (salah menerapkan) menggunakan baju solo tetapi jarik jogja, kadang baju jogja dengan jarik solo. Bagi pemerhati budaya dan budayawan kadang sangat menyayangkan mereka yang kadang salah memadukan kain dan baju nya.

Kampung Batik Laweyan ini sebagian warganya merupakan pembuat kain batik trasisional, ada yang masih bertahan dengan ditulis tetapi tak jarang ada juga yang sudah memulai dengan cara di cap. Banyak masyarakat yang beralih ke batik cap karena batik cap lebih mudah cara penggunaannya dan lebih cepat proses pengerjaannya. Sedangkan batik tulis untuk satu kain saja bisa membutuhan waktu lebih dari satu bulan, oleh sebabitu kini batik cap banyak digunakan oleh perusahaan atau pembuat kain batik perorangan.

Aneka hasil dari Kain Batik

Di kampung batik Laweyan ini kita bisa menemukan banyak toko-toko penjual kain batik dengan segala model. Di Toko-toko biasanya dijual antara lain : kain batik lembaran, baju batik, celana batik, gaun batik, rok batik, slayer batik, kaos batik dll. Tak hanya itu di salah satu toko saya melihat kain batik dengan kelengkapannya di bentuk model angsa, bunga, dll untuk paket seserahan calon manten. Di jawa seserahan merupakan salah satu barang wajib yang selalu ada ketika akan meminang wanita.

Saat mengunjungi kampung batik laweyan bersama teman-teman Netizen Gathering kami diberi waktu untuk sekedar membeli buah tangan untuk keluarga dirumah. Bagi saya sendiri yang asli jogja dan tinggal di Jogja, kain batik sudah menjamur dimana-mana sehingga saya sendiri hanya berjalan-jalan melihat koleksi siapa tau ada yang menarik hati. Kadang kalau saya sedang lewat teman-teman suka memanggil dan bertanya kepada saya apakah kaim dan corak yang dia pilih sesuai, meski saya tidak ahli urusan memadukan warna yang cocok tetap saya memberi usulan (saya gak yakin usulan pas)

Selain itu di salah satu toko di Kampung Batik Laweyan, di pojok toko terdapat sekelompok orang yang siteran. Disebut siteran karena alat utamanya menggunakan siter, dan terdapat satu sinden untuk melantunkan tembang jawa. Salah satu dari kami memang hobby nembang, nembang yaitu menyanyikan lagu jawa dengan tembang jawa. Pak Pur salah satu dari kami memang gemar nembang jawa, sehingga tanpa pikir panjang sambil menunggu kami semua usai beliau langsung duduk yang ikut nembang jawa bersama sinden nya. Malah kadang beliau yang nembang tanpa sinden, wah hebat. Zaman sekarang sulit menemukan orang yang bisa nembang jawa, termasuk saya sendiri paling bisa nembang Gambuh karena tugas sewaktu SD hihihi

Pak Pur nembang dengan penuh senyum


Ow ya buat kalian yang belum tau cara mencuci kain batik, sebaiknya kain batik yang asli dengan kain yang bagus dicuci dengan menggunakan "Lerak". CIU (terutama Sapindus rarak De Candole, dapat pula S. mukorossi) atau dikenal juga sebagai rerek atau lamuran adalah tumbuhan yang dikenal karena kegunaan bijinya yang dipakai sebagai deterjen tradisional. Batik biasanya dianjurkan untuk dicuci dengan lerak karena dianggap sebagai bahan pencuci paling sesuai untuk menjaga kualitasnya (warna batik).

Kandungan Lerak :
1. Biji lerak mengandung saponin, suatu alkaloid beracun, saponin inilah yang menghasilkan busa dan berfungsi sebagai bahan pencuci, dan dapat pula dimanfaatkan sebagai pembersih berbagai peralatan dapur, lantai, bahkan memandikan dan membersihkan binatan peliharaan.

2. Kandungan racun biji lerak juga berpotensi sebagai insektisida. Ekstrak metanol buah lerak, ekstrak air buah lerak, serta campuran ekstrak sirih hutan dan ekstrak lerak berpotensi digunakan sebagai salah satu alternatif pengendalian hama kubis Crocidolomia pavonana. Selain itu, pencampuran ekstrak metanol buah lerak dengan ekstrak etil asetat daun kacang babi juga berpotensi dalam mengendalikan hama yang sama. Penambahan ekstrak buah lerak juga memberikan pengaruh nyata sebagai pelindung Ultraviolet bagi SlNPV untuk mengendalikan hama Spodoptera litura.

3. Kulit buah lerak dapat digunakan untuk mengurangi jerawat pada wajah dan kudis. Buah lerak relatif mudah didapatkan biasanya dijual di pasar-pasar tradisional. Saat ini di pasaran telah juga tersedia produk lerak cair dalam kemasan yang lebih praktis sehingga bisa langsung dipakai.

Bersama teman-teman di Kampung Batik Laweyan

0 comments:

Post a Comment